Siarkan Pesan-pesan Yesus, Penipu yang Gunakan Radio Kristiani Tilap Jutaan Dolar Uang Jemaat - Channel Media Berita Central Indonesia

Selasa, 14 Desember 2021

Siarkan Pesan-pesan Yesus, Penipu yang Gunakan Radio Kristiani Tilap Jutaan Dolar Uang Jemaat

Siarkan Pesan-pesan Yesus, Penipu yang Gunakan Radio Kristiani Tilap Jutaan Dolar Uang Jemaat

Siarkan Pesan-pesan Yesus, Penipu yang Gunakan Radio Kristiani Tilap Jutaan Dolar Uang Jemaat

CMBC Indonesia - Bagi para pendengarnya, William Neil "Doc" Gallagher dikenal sebagai "dokter uang" - seorang mentor finansial yang mengiklankan jasanya melalui radio Kristiani, yang disiarkan di seluruh wilayah "Bible Belt" Amerika, membentang di seluruh Texas Utara.

Iklannya sering ditutup dengan slogan, "Sampai jumpa di gereja pada hari Minggu."

"Doktor Neil Gallagher adalah warga utama Amerika yang mengejar integrasi dalam setiap langkah," kata presenter dalam video perusahaan yang diunggah di YouTube. "Hidupnya didedikasikan untuk membantu orang yang masuk usia pensiun dengan aman, lebih awal dan bahagia."

Video tiga menit itu menekankan keuntungan investasi yang didapat dari orang-orang berusia lanjut, disertai klaim bahwa lebih dari 1.000 orang sudah terbantu mencapai kemandirian finansial melalui perusahaannya, Gallagher Financial Group.

Ia juga menerbitkan buku berjudul "Yesus Kristus, Guru Uang."

Pada kenyataannya, Gallagher bukanlah pakar finansial. Ia adalah penipu yang meraup US$32 juta (Rp462 miliar) dalam skema Ponzi dengan target pensiunan berusia antara 62 sampai 91 tahun.

Dalam skema Ponzi, para investor awal mendapatkan "keuntungan" dana investor yang bergabung belakangan yang dijanjikan memberikan laba besar dengan risiko kecil. Skema ini tergantung pada anggota baru yang telah melakukan investasi. Bila tak ada dana yang bisa diambil, di situlah skema ini tumbang.

Menurut dokumen pengadilan, Gallagher mulai menipu dengan skema Ponzi setidaknya sejak 2013.

Dua perusahaannya, Gallagher Financial Group, Inc. dan W. Neil Gallagher, Ph.D. Agency, Inc. diperintahkan tutup oleh US Securities and Exchange Commission pada Maret 2019. Bulan lalu, ia dijatuhi hukuman tiga kali seumur hidup oleh jaksa di Tarrant County, Texas, selain hukuman 25 tahun penjara yang diganjar di Dallas pada Maret 2020.

Gallagher menjanjikan para korbannya pengembalian antara 5% hingga 8% dari investasi mereka setiap tahun.

Namun, mereka tidak menerima apa-apa, sementara Gallagher menghabiskan sebagian besar dana itu untuk pengeluaran pribadi dan perusahaan dan untuk melakukan pembayaran kepada para investor sebelumnya. Untuk menyembunyikan penipuannya, ia juga memberikan laporan rekening palsu yang menunjukkan saldo palsu pula.

BBC tidak dapat menghubungi pengacara Gallagher untuk memberikan komentar.

Penipuan Gallagher itu telah menarik perhatian luas media nasional di AS, tapi metodenya itu sebenarnya bukan kejahatan baru.

Metode yang dikenal dengan skema Ponzi itu berasal dari nama seorang penipu terkenal dari tahun 1920-an, tetapi versi penipuan itu sudah muncul setidaknya sejak pertengahan 1800-an.

Media yang digunakan Gallagher untuk menarik para korban - radio Kristen - juga telah populer selama beberapa dekade, dan tetap demikian bahkan dalam menghadapi persaingan ketat dari bentuk-bentuk media yang lebih baru.

Namun hampir 200 orang jadi korban penipuan lawas Gallagher itu, kejahatan yang menurut FBI kembali berkembang, dan telah membuat rugi para korban miliaran dolar setiap tahun.

Di antara orang-orang yang dimangsa Gallagher adalah seorang perempuan 70-an tahun yang sudah menderita limfoma, yang menginvestasikan lebih dari setengah juta dolar. Ada juga sejumlah pensiunan polisi.

Banyak korban terpaksa menjual rumah, berutang dari anak-anak mereka atau kembali bekerja walau sudah masuk usia pensiun.

Itu adalah kasus penipuan lansia terburuk yang pernah dia lihat dalam kariernya, ungkap Lori Varnell, kepala tim Elder Financial Fraud Kejaksaan Distrik Tarrant, mengatakan kepada BBC.

"Mereka adalah orang-orang yang bekerja sepanjang hidup mereka untuk bisa menabung. Itu hal yang pribadi," kata Varnell soal para korban. "Mereka kini hancur. Bukan hanya soal uang, tapi ini sudah pengkhianatan."

Untuk menjangkau para korbannya, Gallagher mempromosikan layanan perusahaannya di gereja-gereja dan melalui radio Kristen, istilah umum yang mencakup ribuan stasiun radio di seluruh negeri yang menyiarkan program berorientasi Kristen, dari khotbah dan talk show hingga musik dan berita.

Berawal di tahun 1920 - tahun radio komersial pertama kali ditayangkan - radio Kristen tetap sangat populer di AS. Lebih dari 20 juta pendengar mendengarkan setiap minggu, menurut Biro Periklanan Radio, sebuah kelompok industri.

Varnell mengaku tidak terkejut bahwa Doc Gallagher akan menggunakan radio Kristen untuk menipu korban-korbannya.

"Dalam komunitas Kristen, ada tingkat kepercayaan yang tinggi. Terutama di sini, di kawasan Sabuk Alkitab," katanya. "Begitu Anda mulai berbicara bahasa Kristen, dan menggunakan kata-kata mereka, frasa mereka, itu akan menjadi tanda bagi orang Kristen lain bahwa Anda seorang Kristen."

Begitu Gallagher membangun rasa percaya dengan para korbannya, mereka cenderung tidak "memperhatikan detail" dari apa yang terjadi, lanjut Varnell.

Taktik ini adalah contoh utama dari 'penipuan afinitas', kata David Fleck, mantan jaksa di Los Angeles.

Dalam skema ini, penipu menargetkan anggota kelompok yang dapat diidentifikasi, mulai dari komunitas agama atau etnis hingga profesi tertentu.

Dalam banyak kasus, mereka menggunakan anggota grup untuk membantu mengiklankan penipuannya kepada orang lain tanpa disadari dan membantu meyakinkan orang-orang lain tentang validitasnya.

Fleck pun teringat pada satu insiden di mana dia menuntut seorang pria yang merupakan anggota dari enam gereja yang berbeda. Setelah mendapatkan kepercayaan mereka, pria itu mencuri identitas 25 orang berbeda yang dia temui di gereja, membeli rumah atas nama mereka dan kemudian mengumpulkan uang tunai dari para penyewa.

Dalam contoh lain, seorang pria asal California ditangkap pada tahun 2017 karena menipu lebih dari 200 imigran Armenia sebesar $19 juta (Rp273 miliar) dengan berjanji untuk menginvestasikan uang mereka dalam saham teknologi yang menguntungkan.

"Anda melihatnya di antara semua kelompok budaya dan ekspatriat dari berbagai negara," kata Fleck. "Penipuan afinitas merasuki semua permainan penipu. Itu membuatnya jadi lebih mudah."

Para pejabat mengatakan bahwa orang tua adalah kelompok afinitas yang sangat rentan. Menurut FBI, jutaan orang tua Amerika menjadi korban penipuan setiap tahun, dengan kerugian lebih dari $3 miliar (Rp43 triliun lebih) setiap tahun.

Jeffrey Cramer, mantan jaksa federal, mengatakan bahwa orang tua sering menjadi sasaran yang menguntungkan bagi penipu yang menganggap mereka memiliki tabungan yang cukup.

"Sebagian besar mereka memiliki lebih banyak uang karena mereka telah bekerja sekian lama. Rumah mereka kemungkinan besar memiliki ekuitas dan mereka memiliki 401k [tabungan pensiun]," Mr Cramer menjelaskan.

"Tidak ada gunanya mencoba menipu anak berusia 20 tahun. Seseorang berusia 60-an atau 70-an tahun mungkin memiliki banyak investasi dan rumah yang nilainya sudah lima kali lipat dari yang mereka bayarkan."

Penilaian Cramer itu ditegaskan oleh Varnell. Dalam kasus Gallagher, dia juga memanfaatkan "perbedaan generasi" di antara para korbannya, selain keyakinan mereka, katanya.

"Ini adalah orang-orang yang percaya bahwa ketika ada seorang pria menjabat tangan Anda dan menatap mata Anda, itu dianggap baik-baik saja," katanya. "Mereka dibangun untuk memercayai orang, karena Anda tidak berbohong. Itu bertentangan dengan Sepuluh Perintah Tuhan."

Pakar kasus penipuan percaya bahwa selama ini hanya sebagian kecil dari semua kasus yang dilaporkan. Dalam kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan, para korban tidak akan mungkin melihat banyak - jika masih ada - uang mereka dikembalikan.

Penipu sering kali menghabiskan uangnya tak lama setelah didapat, menggunakannya untuk terus melakukan pembayaran palsu atau berusaha menyembunyikannya di rekening luar negeri.

Dalam kasus Gallagher, seorang penerima yang ditunjuk pengadilan hanya mampu memulihkan sekitar 14 sen dolar. Gallagher telah menghabiskan sebagian besar sisanya, sementara yang lain telah dicuci dan tetap tidak ditemukan.

Saat kerugian finansial dari penipuan dapat langsung menghancurkan korban dan keluarganya, dampak sebenarnya sering kali lebih dalam.

"Ini juga berdampak pada masalah emosional dan psikologis," kata Cramer. "Ada elemen yang memalukan ketika Anda telah bekerja 20, 30, 40 tahun, selanjutnya Anda benar-benar tidak punya apa-apa untuk ditunjukkan."

Di pengadilan, banyak korban Gallagher menyinggung soal dampak psikologis itu. Di antara mereka adalah Susan Pippi, 74 tahun yang, bersama suaminya kehilangan ratusan ribu dolar akibat skema penipuan tersebut.

"Saya tidak lagi percaya kepada siapapun," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh jaksa Tarrant County. "Kecuali kepada Tuhan dan keluargaku."

Tapi penipuan semacam ini tidak mungkin hilang, kata Varnell. Sebuah "serangan gencar" para penipu, banyak dari mereka di luar negeri, mencuri dana pensiun orang Amerika pada tingkat "jutaan setiap hari", katanya.

Orang tua dan keluarga mereka harus waspada terhadap tanda-tanda peringatan itu.

"Jika Anda mengaku sebagai seorang Kristen, dan seseorang mendekati Anda di dunia Kristen, Anda harus ekstra curiga," katanya. "Begitu pula jika Anda orang Yahudi, atau Muslim, atau apa pun. Jika seseorang mendekati Anda karena alasan agama, Anda harus sangat curiga."

Cramer juga mengatakan bahwa penipuan afinitas cenderung menjadi lebih umum saat generasi yang lebih muda dan lebih paham teknologi tumbuh dewasa di media sosial.

Seorang penipu dapat menjangkau audiens yang jauh lebih luas - tetapi bersembunyi di balik akun dan langsung menghilang. [bbc]




Loading...
loading...

Berita Lainnya

Berita Terkini

© Copyright 2019 cmbcindonesia.com | All Right Reserved