CMBC Indonesia - Sekitar 30 orang transpuan atau transgender Kabupaten Sikka yang bergabung dalam organisasi Fajar Sikka, Senin (17/8) menggelar apel tersendiri untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI ke-75 yang berlangsung di Halaman Karya Misi Center Keuskupan Maumere, Jalan Mgr. Soegyopratono, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka. Semua petugas dalam apel ini dipercayakan kepada kelompok transpuan/transgender atau waria.
Selaku Pembina Upacara dalam apel ini, Ketua Fajar Sikka Hendrika Mayora Victoria, dan Pemimpin Upacara Dea Rahma. Pengerek dan pengibar bendera merah putih dipercayakan kepada Yolanda, Rosalinda, dan Lolita. Pembaca teks UUD 1945 dipercayakan kepada Ajeng Virgin, dan Pembaca Naskah Proklamasi dibawakan Mega. Tugas-tugas lainnya seperti Dirigen dipercayakan kepada Arzeti, protokol dipercayakan kepada Rera, dan doa dibawakan oleh Haji Mona.
Disaksikan Matanews.net, jalannya peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-75 yang diprakarsasi/inisiatif Transpuan Sikka ini berlangsung sangat meriah. Semua peserta yang hadir mengenakan busana daerah Sikka dan busana adat lainnya di NTT. Mereka berbasis rapi, dan dengan penuh khidmat mengikuti semua acara yang dipandu MC Rere.
Pembina Upacara Ketua Fajar Sikka Hendrika Mayora Victoria dalam sambutannya antara lain menggariswahi ketekadan seluruh Transpuan di Kabupaten Sikka untuk mendukung memajukan Kabupaten Sikka melalui aneka profesi yang mereka jalani selama ini di antaranya profesi pengrajin tenunan, petani, tata boga, tat arias, salon, dan pelbagai profesi lainnya.
“Kami kaum transpuan atau transgender atau waria siap mendukung pembangun di Sikka. Kami siap mengisi kemerdekaan dan siap berkontribusi bangun Sikka sesuai profesi kami,” kata Mayora.
Mayora dalam momen ini mengingatkan elemen warga Sikka agar jangan memandang sebelah mata dengan keberadaan transpuan, sebab paguyuban yang jumlah anggotanya sekitar 200 orang ini sudah berpartisipasi aktif dalam upaya membangun Kabupaten Sikka, termasuk menyukseskan pembangunan PKK dan organisasi ibu dan wanita lainnya hingga ke pelosok desa.
‘Saya mengimbau transpuan di Sikka untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif,” katanya.
Pertama di Indonesia
Mayora kepada wartawan juga menambahkan bahwa pengibaran bendera merah putih yang diprakarsasi/diinisiatif oleh Transpuan ini merupakan yang pertama di Indonesia.
“Pengibaran Sang Merah Putih untuk pertama kalinya di Indonesia yang diinisiatif oleh kelompok Transpuan/transgender dilaksanakan di Kota Maumere, NTT,” kata Mayora.
Mayora mengakui sebelumnya memang pernah terjadi pengibaran merah putih yang diikuti transpuan di sejumlah daerah, namun baru kali ini penyelenggaranya adalah kelompok transpuan.
“Penyelenggaraan apel HUT RI yang diprakarsasi/inisiatifnya dari transpuan baru pertama kali terjadi di Indonesia yakni di Kota Maumere,” kata Mayora yang juga Wakil Ketua BPD Desa Habi, Kecamatan Kangae ini.
Apresiasi
General Manager PT Langit Laut Biru atau Karya Misi Center Keuskupan Maumere Ibu A. Dian Setiati menyampaikan apresiasi atas inisiatif dan terobosan transpuan di Sikka yang menggelar apel peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI secara tersendiri dan menghadirkan keluarga mereka dan kelompok khusus seperti janda di Karya Misi Center. “Saya menyampaikan apresiasi kepada Transpuan Sikka yang menginisiasi gelar apel ini. Ini keren,” kata Ibu Dian.
Apresiasi yang sama disampaikan salah seorang pastor yang sempat hadir di lokasi Karya Misi Center, Romo Wily Boy. “Saya menyampaikan apresiasi atas inisiatif dari transpuan Sikka ini. Luar biasa,” kata Romo Wily.
Sekilas Tentang Fajar Sikka
Fajar Sikka adalah organisasi transpuan yang berdiri di Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur sejak 2018. Organisasi ini menjadi wadah bagi kelompok marjinal seperti orang dengan keragaman gender, perempuan, janda dan disabilitas, termasuk mengadvokasi mereka.
Organisasi ini memiliki misi untuk menghapus diskriminasi sosial demi membangun kehidupan dalam keberagaman yang harmoni di dalam masyarakat. Selain itu, Fajar Sikka juga mendorong pengembangan potensi-potensi ekonomi mandiri komunitas yang berbasis keterampilan dan jaringan kerja kelompok.***
Loading...
loading...