Ulas Riwayat Pesawat Kepresidenan, Andi Arief Masih Tak Terima Catnya Diubah? - Channel Media Berita Central Indonesia

Rabu, 04 Agustus 2021

Ulas Riwayat Pesawat Kepresidenan, Andi Arief Masih Tak Terima Catnya Diubah?

Ulas Riwayat Pesawat Kepresidenan, Andi Arief Masih Tak Terima Catnya Diubah?

Ulas Riwayat Pesawat Kepresidenan, Andi Arief Masih Tak Terima Catnya Diubah?


CMBC Indonesia - Rencana pemerintah mengubah warna cat pesawat kepresidenan dari biru menjadi merah menuai kritik dari Partai Demokrat (PD). 

Elite Partai Demokrat Andi Arief mengulas kembali riwayat pesawat kepresidenan. 

Andi Arief masih tak terima cat pesawat kepresidenan diganti?
Melalui akun Twitter @Andiarief__, Rabu (4/8/2021), Andi Arief menyebut pemerintah Indonesia baru bisa memiliki pesawat kepresidenan sendiri setelah puluhan tahun menyewa.

"Tahun 2014, setelah 69 tahun menyewa, akhirnya Indonesia memiliki pesawat kepresidenan," tulis Andi Arief seperti dilihat detikcom.

Andi Arief juga mengunggah video yang memperlihatkan Sudi Silalahi sedang menjelaskan alasan pesawat kepresidenan dicat warna biru. Dalam video tersebut, Sudi Silalahi ditulis sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg).

"Tahun 2021, setelah 7 tahun memiliki pesawat kepresidenan, akhirnya Presiden mengecat pesawat itu dengan warna lain. Sangat sederhana," begitu tweet Andi Arief.

Andi Arief sebelumnya melayangkan protes kepada pemerintah perihal pengecatan ulang pesawat kepresidenan dari biru menjadi merah. Dia juga menjelaskan alasan pesawat kepresidenan dicat biru.

"Dominasi biru langit adalah upaya peningkatan keamanan penerbangan, sebagai warna kamuflase saat terbang," ucap Andi Arief.

"Menghapus jejakmu, kata Ariel," imbuh Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat itu.

Sekadar mengingatkan, Indonesia resmi memiliki pesawat kepresidenan sendiri pada 2014, saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat Presiden RI. Mensesneg kala itu, Sudi Silalahi, menekankan warna biru pesawat kepresidenan bukan ditentukan Presiden SBY.

"Memang kenapa apa ada masalah dengan warna? Lagi pula warna ini bukan pilihan Presiden untuk menentukan. Kenapa biru, di sini ada desainer juga," kata Sudi seusai upacara serah-terima pesawat di Halim Perdanakusuma, Jaktim, Kamis (10/4/2014).

Terkait perubahan cat pesawat kepresidenan dari biru menjadi merah sudah dijelaskan pihak Kemensetneg. Staf khusus Mensesneg, Faldo Maldini menyebut rencana perubahan cat Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 atau BBJ 2 sudah dimulai sejak dua tahun lalu.

"Ini bukan rencana baru, sudah dimulai sejak 2019, untuk menyambut hari kemerdekaan ke-75. Namun, Pesawat BBJ 2 itu servis sesuai rekomendasi pabrik jatuh pada 2021. Tadinya, itu satu paket sama beberapa armada lain yang sudah datang waktunya. Sekalian dicat, justru biar lebih efisien," papar Faldo kepada wartawan, Selasa (3/8).

Biaya pengecatan ulang pesawat kepresidenan mencapai miliaran rupiah. Pengamat penerbangan Alvin Lie, melalui akun Twitter @alvinlie21, menuliskan biaya cat ulang pesawat setara B737-800 itu berkisar US$ 100 ribu hingga US$ 150 ribu, atau sekitar Rp 1,4 miliar hingga Rp 2,1 miliar.

"Hari gini masih saja foya-foya ubah warna pesawat Kepresidenan. Biaya cat ulang pesawat setara B737 berkisar antara US$ 100 ribu sampai dengan US$ 150 ribu. Sekitar Rp 1,4 miliar sampai dengan Rp 2,1 miliar," tulis Alvin Lie.

Pihak Istana pun menepis pengecatan ulang pesawat kepresidenan hanyalah buang-buang anggaran. Pihak Istana menjelaskan anggaran untuk pengecatan pesawat kepresidenan itu sudah dialokasikan di APBN.

"Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN. Selain itu, sebagai upaya untuk pendanaan penanganan COVID, Kementerian Sekretariat Negara juga telah melalukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan," tutur Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8).

"Dapat pula kami tambahkan bahwa proses perawatan dan pengecatan dilakukan di dalam negeri, sehingga secara tidak langsung, mendukung industri penerbangan dalam negeri, yang terdampak pandemi," sambung Heru.(detik)




Loading...
loading...

Berita Lainnya

Berita Terkini

© Copyright 2019 cmbcindonesia.com | All Right Reserved