Mati-matian Perangi Ganasnya Virus Corona, Ini yang Dilakukan Wuhan - Channel Media Berita Central Indonesia

Jumat, 07 Februari 2020

Mati-matian Perangi Ganasnya Virus Corona, Ini yang Dilakukan Wuhan

Mati-matian Perangi Ganasnya Virus Corona, Ini yang Dilakukan Wuhan

Mati-matian Perangi Ganasnya Virus Corona, Ini yang Dilakukan Wuhan
CMBC Indonesia - Kota Wuhan yang menjadi asal virus corona di China mati-matian melakukan berbagai upaya untuk mengatasi wabah tersebut. Otoritas setempat berupaya memutus sumber infeksi melalui metode door-to-door atau mendatangi langsung setiap rumah untuk memastikan tidak ada warga yang terlewat dari pemeriksaan.
Seperti dilansir China Daily dan The Star, Jumat (7/2/2020), Wakil Perdana Menteri China, Sun Chunlan, menyerukan kepada pemerintah kota Wuhan untuk bertindak seperti saat dalam 'keadaan perang' dan menerapkan sepenuhnya seluruh langkah pencegahan dan pengendalian.

Sejauh ini, total 31.211 kasus virus corona terkonfirmasi di wilayah China daratan. Provinsi Hubei, dengan Wuhan sebagai ibu kotanya, menjadi wilayah dengan kasus virus corona paling banyak di China. Data terbaru hingga Kamis (6/2) waktu setempat menyebut total 22.112 kasus virus corona terkonfirmasi di Provinsi Hubei.

Sedikitnya 638 orang meninggal akibat virus corona secara global, dengan 636 orang meninggal di wilayah China daratan dan dua orang lainnya meninggal di Hong Kong dan Filipina. Dari jumlah itu, 618 orang meninggal di Provinsi Hubei.

Dalam seruannya, Sun menginstruksikan agar orang-orang yang terinfeksi dan yang menjadi 'suspect' virus corona, juga orang-orang yang menderita demam dan melakukan kontak dekat dengan pasien positif virus corona, harus segera dipindahkan ke fasilitas karantina dan rumah sakit usai pemeriksaan door-to-door.

Sun diketahui bertanggung jawab atas layanan kesehatan pada Dewan Nasional China dan menjabat sebagai kepala kelompok kerja khusus untuk memandu pengendalian wabah virus corona.

Lebih lanjut, Sun menegaskan bahwa tidak boleh ada satu keluarga atau satu orang pun yang terlewat dari pemeriksaan door-to-door. Diketahui bahwa 9 juta orang yang masih ada di kota Wuhan, telah diisolasi sejak 23 Januari lalu saat virus corona mulai mewabah. Ditambahkan Sun bahwa harus ada petugas yang selalu berjaga selama 24 jam setiap harinya.

Sementara itu, untuk mengatasi kekurangan tempat tidur di rumah-rumah sakit setempat dan agar bisa merawat pasien sebanyak-banyaknya, Komisi Kesehatan Wuhan mengumumkan bahwa seluruh rumah sakit di wilayah itu hanya akan merawat pasien virus corona yang kondisinya parah.

Sedikitnya 11 rumah sakit darurat yang baru didirikan di sejumlah gimnasium dan exhibition hall di kota Wuhan, akan digunakan untuk merawat orang-orang dengan gejala ringan. Tempat lainnya seperti hotel dan sekolah juga diambil alih sementara oleh pemerintah untuk mengakomodasi orang-orang dengan risiko tinggi.

Hingga Kamis (6/2) waktu setempat, rumah sakit sementara di Gimnasium Hongshan mulai memberikan perawatan medis untuk 328 pasien yang positif virus corona namun tidak menunjukkan gejala parah. Rumah sakit sementara dengan 300 staf medis itu nantinya akan bisa menampung hingga 800 pasien dari distrik Wuchang dan Hongshan, juga dari Zona Pengembangan Teknologi Tinggi Danau Timur Wuhan. Setiap 50 pasien nantinya akan dirawat oleh empat dokter dan 12 perawat.

Semua rumah sakit temporer di Wuhan nantinya akan bisa menampung total 10 ribu hingga 20 ribu pasien jika selesai dibangun. Hanya pasien dengan usia 18-65 tahun yang bisa ditampung di rumah sakit sementara ini, dengan catatan mereka bisa mengurus diri mereka sendiri dan tidak menderita penyakit pernapasan, cardiovascular dan cerebrovascular lainnya, atau gangguan mental.

Dituturkan pakar terkemuka untuk penyakit pernapasan, Wang Chen, yang juga menjabat Presiden Akademi Sains Medis China, bahwa langkah tersebut diyakini akan efektif dalam mengendalikan sumber-sumber penularan virus corona.
Diketahui bahwa kurangnya tempat tidur untuk menampung pasien virus corona membuat para pasien dengan gejala ringan harus mengkarantina diri mereka sendiri di rumah masing-masing, yang pada akhirnya justru menambah risiko penularan virus corona di antara anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Menurut Wang, para pasien dengan gejala ringan relatif lebih banyak bergerak, yang berarti mereka lebih mungkin menyebarkan virus. "Kita harus menyediakan fasilitas karantina tersentralisasi dengan tempat tidur yang cukup seperti rumah sakit sementara ini untuk menjaga pasien jauh dari masyarakat saat mendapatkan perawatan," ujarnya.

Jika kondisi pasien memburuk, kita bisa memindahkan mereka ke rumah sakit biasa tanpa hambatan. Meskipun, kondisi di rumah-rumah sakit sementara tidak sebanding dengan rumah sakit biasa, para pasien bisa mendapatkan perawatan medis yang layak," cetus Wang.

"Mendirikan rumah sakit sementara bukanlah solusi ideal, tapi untuk saat ini, ini menjadi solusi terbaik untuk mencegah penyebaran virus di kalangan anggota keluarga dan masyarakat," tandasnya.

Jika kondisi pasien memburuk, kita bisa memindahkan mereka ke rumah sakit biasa tanpa hambatan. Meskipun, kondisi di rumah-rumah sakit sementara tidak sebanding dengan rumah sakit biasa, para pasien bisa mendapatkan perawatan medis yang layak," cetus Wang.

"Mendirikan rumah sakit sementara bukanlah solusi ideal, tapi untuk saat ini, ini menjadi solusi terbaik untuk mencegah penyebaran virus di kalangan anggota keluarga dan masyarakat," tandasnya.(dtk)




Loading...
loading...

Berita Lainnya

Berita Terkini

© Copyright 2019 cmbcindonesia.com | All Right Reserved