Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Ternyata Kawin Lari - Channel Media Berita Central Indonesia

Sabtu, 23 Oktober 2021

Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Ternyata Kawin Lari

Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Ternyata Kawin Lari

Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Ternyata Kawin Lari

CMBC Indonesia - KISAH ini diceritakan langsung oleh ibunya kepada Soekarno. Karena tak mendapat restu dari keluarga, ia kawin lari. 

Semasa muda, Idayu Nyoman Rai (ibu Soekarno) seorang gadis Pura di daerah Singaraja, Bali. Saban hari, tiap pagi dan petang, ia membersihkan rumah ibadat itu.  

Ia betul-betul menikmati ketenangan itu. Suatu hari, datanglah seorang pemuda duduk mengaso di lubuk persis di depan Pura. 

Karena teduhnya suasana di lubuk, si pemuda kecanduan. Apalagi pemandangannya asri, khas Bali. Semenjak itu, tiap sore sepulang mengajar, dia mengaso di sana. Candunya kian bertambah-tambah ketika suatu hari melihat Idayu Nyoman Rai di dalam Pura.  

"Setelah sore demi sore berlalu, ia menegur ibu sedikit. Ibu menjawab," Soekarno menceritakan itu dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.  

Pemuda itu bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo. Berasal dari Jawa. Keturunan Kediri. Bekerja sebagai guru Sekolah Rendah Gubernemen di Singaraja. 

"Segera ia merasa tertarik kepada ibu dan ibu kepadanya," kenang Si Bung. "Seperti biasanya menurut adat, bepak mendatangi orang tua ibu untuk meminta ibu secara beradat." 

Rupanya pinta tak berlaku. Keluarga Idayu Nyoman Rai yang notabene dari kaum bangsawan tegas mengatakan, "tidak bisa. Engkau berasal dari Jawa dan engkau beragama Islam. Tidak, sekali-kali tidak!"

Apa boleh buat. Muda-mudi itu sudah terlanjur saling cinta. "Satu-satunya jalan kawin lari. Ini pun bagi adat Bali ada tata-caranya," ungkap Soekarno, menceritakan lagi kisah cinta orang tuanya.

Di malam perkawinan, keduanya bermalam di rumah seorang kawan. Lalu dikirim utusan ke rumah orang tua si gadis guna memberitahu bahwa mereka sudah melangsungkan perkawinan. 

Ini di Bali istilahnya pawiwahan. Gandarwa wiwaha. Di beberapa daerah semisal di Lampung dan Lombok, budaya kawin lari juga ada dalam istilah berbeda. 

Idayu dan Raden Sukemi bermalam di rumah seorang kepala polisi. Ketika keluarga Idayu datang menjemput, kepala polisi yang merupakan kawan dekat Raden Sukemi itu enggan melepaskan dengan alasan kedua merpati itu berada dalam perlindungannya.

"Mereka pun dihadapkan ke pengadilan. Ibu ditanya, apakah lelaki ini memaksamu, bertentangan dengan kemauanmu sendiri? Dan ibu menjawab, tidak. Tidak, saya mencintainya dan melarikan diri atas kemauan saya sendiri."

Tak ada lagi perkara. Perkawinan diteruskan. Pun demikian, pengadilan mendenda Idayu 25 ringgit. 

Pendek kisah, karena merasa tak disukai orang Bali, Raden Sukemi mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk dipindahkan ke Jawa. 

Ia pun dikirim ke Surabaya. Istrinya dibawa serta. Di kota pelabuhan itulah Soekarno lahir saat fajar menyingsing. Tanggal 6 bulan 6, 1901--permulaan abad 20. 

"Nenekku memberiku kebudayaan Jawa dan mistik. Dari bapak datang Theosofisme dan Islamisme. Dari ibu Hinduisme dan Buddhisme. Sarinah (pengasuh Soekarno--red) memberiku humanisme," kenangnya. [jpnn]




Loading...
loading...

Berita Lainnya

Berita Terkini

© Copyright 2019 cmbcindonesia.com | All Right Reserved